Definisi Tahsin Tilawah dan Tajwid



Apa itu tahsin?

kata 'tahsin' secara bahasa diambil dari kata kerja (حَسَّنَ - يُحَسِّنُ - تَحْسِيْنًا), artinya: memperbaiki, atau menghiasi, atau membaguskan, atau memperindah, atau membuat lebih baik dari semula [1]

Apa itu tilawah?

kata 'tilawah' berasal dari kata (تَلاَ- يَتْلُو - تِلاَوَةً) yang artinya membaca atau bacaan.[2]

Adapun tilawah secara istilah adalah membaca Al Qur'an dengan bacaan yang menampakkan huruf-hurufnya dan berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih mudah untuk memahani makna-makna yang terkandung di dalamnya. [3]

Dari dua definisi yang telah lewat, bisa disimpulkan bahwa makna tahsin tilawah adalah upaya memperbaiki atau membaguskan bacaan Al Qur'an dengan baik dan benar sebagai realisasi dari firman Allah Ta'ala dalam surah Al Muzzammil:

وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا

Artinya:
"...Dan bacalah (olehmu) Al Qur'an dengan tartil (yang sebenar-benarnya). [Al Muzzammil:4]

Berdasarkan ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk membaca Al Qur'an dengan tartil yang sebenar-benarnya, tidak membaca Al Qur'an dengan asal-asalan, dan agar bisa membaca Al Qur'an dengan tartil yang sebenar-benarnya seorang muslim dituntut untuk mempelajari bacaan Al Qur'an dengan baik dan benar yang dalam ini diistilahkan dengan 'tahsin tilawah Al Qur'an' [4]

Apa itu tajwid?

secara bahasa, tajwid berasal dari kata جَوّدَ - يُجَوِدُ - تَجْوِيْدًا yang bermakna memperbagus atau memperbaiki

secara istilah, tajwid menurut para ulama ahli Al Qur'an adalah mengucapkan setiap huruf dari makhraj (tempat keluarnya huruf) dengan benar, dengan menunaikan seluruh hak-nya (sifat absolut huruf yang selalu menempel misalnya hams, jahr, isti'la, dll) dan menunaikan seluruh mustahak-nya (sifat kondisonal huruf yang sewaktu-waktu ada semisal idzhar, iqlab, ikhfa', dll) dengan tanpa berlebihan dan tanpa takalluf (mempersulit diri) serta tanpa ta'assuf (semaunya sendiri)

Imam Abu Amr Ad-Dani menjelaskan mengenai perkara yang hendaknya dijauhi para ahli Al Qur'an ketika mengajarkan Al Qur'an, beliau berkata: Tajwid bukanlah dengan mengunyah-ngunyah lidah, bukan memperdalam mulut, bukan membengkok-bengkokkan dagu, bukan menggetar-getarkan suara, bukan memulurkan syiddah, bukan memotong-motong madd, bukan memperpanjang dengung ghunnah, bukan menggemukkan ra', bukan bacaan yang dijauhi karakter manusia nomal, bukan pula bacaan yang ditolak telinga dan hati nurani. Akan tetapi, tajwid adalah bacaan yang mudah, enak, manis, lembut, tanpa menungyah-ngunyah, tanpa mengulum-ngulum, tanpa ta'assuf, tanpa takalluf, tanpa dibuat-buat, tanpa berlebihan, dan tidak keluar dari karakter normal orang arab dan ucapan orang-orang yang fasih dari segala aspek qiraat dan ada' [5]

Seorang bisa sampai pada tajwid dengan memperbanyak latihan dan talaqqi (bertemu langsung dengan guru) dari guru yang mutqin (menguasai ilmunya) dan ahli mengajar [6]

Sumber:
[1] [Lihat Mu'jam Al Wasith (1:174); Qamus Al-Munir, hal 265]
[2] [Lihat mu'jam al wasith (1:87)]
[3] [Nadhratun Na'im fi makarimi Akhlaqir Rasulil Karim, hal.1176]
[4] [Bimbingan Tahsin Tilawah Al Qur'an. Hisyam bin Mahrus Ali Al Makki. Penerbit: Zam-zam]
[5] [(An-nasyr, juz II, hal 303)]
[6] [Al-Mujahid,Ahmad Toha Husain. 2014. Ilmu Tajwid. Jakarta: Darussunnah (hal: 20-21)]

KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA


BAB 2
Hubungan bab ini dengan bab sebelumnya
Syaikh fauzan berkata: hubungan bab ini dan sebelumnya (makna ibadah dan kedudukan tauhid) sangat nampak karena apabila ada sesuatu yang diketahui keutamaannya maka jiwa ini akan bergantung pada sesuatu tsb. (I’anatul mustafidz)
Misalnya: ada promosi jualan rumah, barangsiapa membeli rumah seharga 300 juta maka ia akan mendapat Honda jazz tanpa diundi, secara fitrah hati manusia akan tertarik dengan hal tersebut.

Keutamaan tauhid

1. Tauhid sebab mendapat keamanan baik dunia maupun akherat. 

Firman Allah Subhanahu wata’ala :

]الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون[

“Orang-orang yang beriman dan tidak menodai keimanan([1]) mereka dengan kedzoliman (kemusyrikan)([2]) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang mendapat jalan hidayah”, (QS. Al An’am, 82).

Orang yang bertauhid mendapat keamanan dan petunjuk dunia dan akherat.
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Keamanan di dunia: keamanan hati/jiwa dan ketidak adaan rasa sedih atas selain Allah.
Imam ahmad rahimahullah: dia tidak merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Contoh: dia merasa dirinya lebih baik dari orang yang melakukan maksiat, bisa jadi orang ini ketika bermaksiat ia dalam keadaan tidak tahu atau dia bertaubat kemudian menjadi lebih sholeh dari kita.

Keamanan di akherat: dia mendapatkan keamanan yang mutlak yakni bahwa dia tidak akan diazab selamanya di neraka. Jika mereka memang harus disiksa, maka tetap bisa masuk surga, jadi tidak kekal di neraka. ( I’anatul mustafidz hal 58 )

Orang yang bertauhid akan dapat petunjuk di dunia dan akherat
Di dunia: mereka dapat petunjuk untuk memahami, mengilmui syariat dan mengamalkannya. Allah beri dia hidayah bayan dan taufiq.
Di akherat: mendapat petunjuk menuju surga, dimudahkan jalan menuju surga.
Petujuk
Di dunia: untuk memahami tauhid
Di akherat: mudah untuk melewati shirat

2. Tauhid merupakan sebab masuk surga

Di akhirat orang bertauhid ada 3 keadaan:
1. Bersih dari dosa, langsung masuk surga tanpa azab dan tanpa hisab. Bukan berarti dia tidak pernah mekakukan dosa tetapi dia berdosa kemudian bertaubat
2. Orang yang membawa dosa akan tetapi pahalanya lebih besar sehingga dia masuk surga dengan dihisab
3. Orang yang membawa dosa dan dosanya lebih berat maka dia dihisab dan masuk neraka sementara

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

" قال موسى يا رب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله، قال : يا رب كل عبادك يقولون هذا، قال موسى : لو أن السموات السبع وعامرهن – غيري – والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفـة، مالت بهـن لا إله إلا الله " (رواه ابن حبان والحاكم وصححه).

“Musa berkata : “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingatMu dan berdoa kepadaMu”, Allah berfirman :”Ucapkan hai Musaلا إله إلا الله ”, Musa berkata : “Ya Rabb, semua hambaMu mengucapkan itu”, Allah menjawab :” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimatلا إله إلا الله diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimatلا إله إلا الله lebih berat timbangannya.”
(HR. Ibnu Hibban, dan Imam Hakim sekaligus menshohehkannya).

Ubadah bin Shomit Radhiallahu’anhu menuturkan : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

" من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله، وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه والجنة حق والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل " أخرجاه

“Barang siapa yang bersyahadat([3]) bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya ke dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. (HR. Bukhori & Muslim)

Berkata Imam An Nawawi:
ada hikmah persaksian yang agung dalam hadits ini:
1. Siapa bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq(benar) kecuali Allah. Maksudnya: orang yang mengucapkan "laailaaha ilallah" dalam keadaan dia tahu (maknanya) dan mengamalkan kandungannya.
2. "Wahdahu laa syarikalah". Maksudnya: penegas setelah penegas. "Wahdahu" penegas kalimat "ilallah", "laa syarikalah" penegas dari kalimat "laa ilaaha", jadi kalimat ini penguat setelah penguat
3. Dia bersaksi bahwa Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya.
Syaikh alu syaikh berkata: tidak cukup seorang bersaksi "laa ilaaha ilallah" (saja), dia juga harus bersaksi bahwa Muhammad adalah Nabi Allah, jika ada yang enggan bersaksi bahwa Muhammad Rasul Allah maka dia tidak masuk ke dalam islam
4. Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Rasulullah adalah hamba Allah, ini adalah peniadaan dari sifat ghuluw (berlebih-lebihan).
Contoh ghuluw: menganggap nabi punya sifat rububiyyah seperti mengabulkan doa.
Rasulullah adalah hamba yang tidak punya sedikitpun sifat rububiyyah. Nabi itu manusia biasa, buktinya adalah ketika perang uhud beliau juga terluka maka tidak pantas beliau disembah.
5. Muhammad adalah rasulullah. Ini bantahan untuk orang-orang yang merendahkan nabi. Bentuk perendahan kepada nabi:

  1. Menigngkari kerasulan Muhammad shalallahu’alahi wa sallam
  2. Meyakini bahwa Muhammad seorang rasul akan tetapi dia mengikuti nabi Muhammad dengan tidak sepenuhnya, dia mengingkari sebagian ajaran nabi.
Bentuk keimanan kepada nabi:

  1. Mentati nabi dengan apa yang dia perintah
  2. Membenarkan kabar dari nabi baik masuk akal maupun tidak
  3. Menjauhi segala apa yang beliau larang dan belau cegah
  4. Tidak beribadah melainkan dengan yang beliau ajarkan


Faidah hadits:

  1. Meyakini nabi Isa adalah rasul: ini bantahan bagi yahudi yang mengingkari kerasulan beliau. Sedangkan meyakini nabi Isa adalah hamba allah merupakan bantahan bagi kaum nasrani yang menyembah beliau
  2. Kalimat yang Allah katakan kepada nabi Isa adalah dengan kalimat "kun" (jadilah) karna nabi isa ada di bumi tanpa bapak akan tetapi tercipta dari kalimat "kun"
  3. Kalimat "min tabi’iah", sebagian orang memaknainya bahwa nabi Isa bagian dari dzat Allah, ini merupakan dalil dari nasrani dan ini adalah kebatilan yang nyata. Makna yang benar adalah "Min lil ibtida’I wla ghayah" (min permulaan) yakni, Isa berasal dari ruh-ruh yang telah Allah ciptakan.
  4. Diantara ruh-ruh yang telah Allah ciptakan adalah ruh nabi Isa 'alaiissalam.
  5. Surga itu benar adanya dan neraka benar adanya. Surga dan neraka sudah ada sekarang.
Faedah mengimani surga dan neraka:
Berkata Syaikh Fauzan: dapat mendorong seorang beramal sholeh dan bertaubat dari dosa-dosa.
Jika seorang yakin jika disana ada surga dan surga tidak bisa dimasuki kecuali dengan amal sholeh maka ia akan beramal sholeh. Jika dia tahu neraka akan dimasuki oleh ahli maksiat maka jika dia terjerumus dalam maksiat maka dia akan bertaubat.

3. Tauhid sebab seorang selamat dari neraka.

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah bersabda :

" فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله "

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala mengharamkan neraka bagi orang-orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah”.

4. Tauhid sebab mendapat ampunan Allah.

Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu ia berkata aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

" قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة "

“Allah Subhanahu wata’ala berfirman : “Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.
Bebas dari syirik maksudnya bebas dari syirik akbar maupun asghar.

Kandungan bab ini :
  1. Luasnya karunia Allah.
  2. Besarnya pahala tauhid di sisi Allah.
  3. Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.
  4. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al An’am.
  5. Perhatikan kelima masalah yang ada dalam hadits Ubadah.
  6. Jika anda memadukan antara hadits Ubadah, hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan jelas bagi anda pengertian kalimat  لا إله إلا الله, juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
  7. Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan dalam hadits Itban, (yaitu ikhlas semata-mata karena Allah, dan tidak menyekutukanNya).
  8. Para Nabi pun perlu diingatkan akan keistimewaan لا إله إلا الله .
  9. Penjelasan bahwa kalimatلا إله إلا الله  berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak orang yang mengucapkan kalimat tersebut.
  10. Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti halnya langit.
  11. Langit dan bumi itu ada penghuninya.
  12. Menetapkan sifat sifat Allah apa adanya, berbeda dengan pendapat Asy’ariyah ([4]).
  13. Jika anda memahami hadits Anas, maka anda akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada dalam hadits Itban : “Sesungguhnya Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang-orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan penuh ikhlas karena Allah, dan tidak menyekutukanNya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, bukan hanya mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
  14. Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama hamba Allah dan RasulNya.
  15. Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai Kalimat Allah([5]).
  16. Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan Allah.
  17. Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
  18. Memahami sabda Rasul : “betapapun amal yang telah dikerjakannya”.
  19. Mengetahui bahwa timbangan itu mempunyai dua daun.
  20. Mengetahui kebenaran adanya wajah bagi Allah.
([1])  Iman ialah : ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Allah, dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah.
([2])  Syirik disebut kezholiman karena syirik adalah menempatkan suatu ibadah tidak pada tempatnya, dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
([3])  Syahadat ialah : persaksian dengan  hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
([4])  Asy’ariyah adalah salah satu aliran teologis, pengikut Syekh Abu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari (260 – 324 H = 874 – 936 M). Dan maksud penulis di sini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Al qur’an maupun As sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum salaf sholeh dalam masalah ini, yaitu : mengimani kebesaran sifat-sifat Allah yang dituturkan Al qur’an dan As sunnah tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy’ariyah, sebagian mereka ada yang menta’wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal itu jika tidak dita’wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhlukNya, akan tetapi perlu diketahui bahwa Syekh Abu Hasan sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzhab salaf sholeh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di akhir hidupnya, yaitu Al Ibanah ‘an ushulid diyanah (editor : Abdul Qodir Al Arnauth, Bairut, makatabah darul bayan, 1401 H) bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta’wil yang dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari madzhab salaf.
([5])  Kalimat Allah maksudnya bahwa Nabi Isa itu diciptakan Allah dengan firmanNya “Kun” (jadilah) yang disampaikanNya kepada Maryam melalui malaikat Jibril.

https://ikhsannurrahman.wordpress.com/2015/01/10/keistimewaan-tauhid-dan-dosa-dosa-yang-diampuni-karenanya/